Langsung ke konten utama

Mengenal Fenomena “Black Swan” di Dunia Finansial


Oleh: Cepy Suherman

Tidak selamanya kondisi ekonomi berjalan mulus. Ada kalanya muncul peristiwa-peristiwa luar biasa yang terjadi di luar dugaan, sehingga menimbulkan guncangan di pasar finansial, termasuk bursa saham.

Di dunia finansial, kejadian menggemparkan ini dikenal dengan istilah “Black Swan”. Istilah yang secara sederhana diartikan sebagai sebuah “kejutan” ini tentu saja berdampak besar, termasuk bagi kita yang sedang berinvestasi di pasar modal.

greatawakeningreport.com

Lalu mengapa kejadian ini disebut Black Swan? Yuk, kita simak penjelasan berikut ini.

Mengapa Disebut Black Swan?

Black Swan merupakan sebuah istilah yang menggambarkan suatu kejadian tidak normal yang terjadi di luar perkiraan dan berdampak sangat besar (sebagian bersifat merusak).

Istilah “Black Swan” sendiri berasal dari abad ke-17. Saat itu bangsa Eropa beranggapan bahwa semua angsa berwarna putih. Mereka tidak percaya hingga kemudian benar-benar melihat langsung angsa berwarna hitam. Padahal sebenarnya angsa hitam itu memang ada. Hanya saja mereka umumnya hidup di alam liar.

omerakhan.co.uk

Dari kejadian tersebut, Black Swan kemudian sering dikaitkan dan dijadikan sebagai simbol untuk sesuatu yang tidak terprediksi dan di luar kendali. Namun kejadian ini termasuk fenomena yang sebenarnya jarang terjadi.

Di era modern, istilah Black Swan dipopulerkan oleh Nassim Nicholas Taleb, seorang profesor di bidang keuangan, penulis, dan mantan trader di Wall Street. Pada tahun 2007 Taleb menulis buku yang berjudul “The Black Swan”, satu tahun sebelum terjadinya krisis keuangan pada 2008.

wartaeq.com

Dalam bukunya, Taleb beranggapan bahwa penyebab terjadinya fenomena Black Swan mustahil untuk diprediksi. Namun tidak semua fenomena besar dapat dikategorikan sebagai Black Swan. Paling tidak ada tiga syarat suatu kejadian bisa dikategorikan sebagai Black Swan, antara lain:
1.      jarang terjadi dan di luar perkiraan,
2.      berdampak sangat besar di pasar finansial dunia,
3.      orang baru mulai menyadari bahwa hal itu seharusnya bisa diperkirakan setelah peristiwa tersebut benar-benar terjadi.

Peristiwa-Peristiwa Black Swan

Banyak orang beranggapan bahwa Black Swan identik dengan kejadian-kejadian seperti krisis ekonomi. Padahal tidak semua fenomena Black Swan menimbulkan krisis ekonomi. Sebaliknya, tidak semua krisis merupakan fenomena Black Swan. Berikut adalah beberapa fenomena Black Swan yang pernah terjadi di dunia. 
1.     Krisis Keuangan Asia (1997)
Krisis keuangan 1997 atau populer disebut “krismon” (krisis moneter), bermula dari ekonomi Thailand yang terguncang. Hal ini kemudian menimbulkan efek penularan ke negara-negara Asia lainnya. Saat itu banyak investor asing yang kehilangan kepercayaan di pasar Asia dan membuang mata uang dan aset-aset Asia secepat mungkin.

cdn.slidesharecdn.com

Indonesia termasuk dalam negara yang paling terpukul karena krisis ini. Tidak hanya berdampak terhadap ekonomi, krisis keuangan ini pun berdampak sangat besar terhadap sistem politik dan kondisi sosial di Indonesia. 

Pada pertengahan tahun 1997 nilai tukar rupiah terhadap dollar AS mengalami kejatuhan. Rupiah mengalami depresiasi hingga 600% dalam waktu kurang dari satu tahun. Dampaknya kemudian terjadi kelangkaan likuiditas, naiknya laju inflasi akibat naiknya harga barang impor, hingga menimbulkan kemacetan di sektor rill.

image.slidesharecdn.com

Kondisi keuangan yang semakin parah berbuntut lahirnya kebijakan penutupan 16 bank swasta nasional. Hal ini kemudian memicu penarikan dana besar-besaran (rush) pada bank-bank lain. Untuk menyelamatkan bank-bank yang terkena rush, Bank Indonesia terpaksa memberikan kredit dalam jumlah besar kepada bank-bank yang masih ada untuk mencegah krisis perbankan yang semakin parah.

Tidak hanya sektor perbankan, pasar modal Indonesia pun jatuh sampai titik terendahnya. Nilai IHSG kala itu pernah tumbang dari titik tertingginya 740, hanya tinggal sepertiga nilainya yaitu 256. Nilai investasi pemodal asing merosot tajam karena saham yang mereka pegang tiba-tiba tak bernilai lagi, akibat dari perusahaan yang menerbitkan saham tersebut bangkrut.

3.bp.blogspot.com

Panic selling menjadi pemandangan sehari-hari, sehingga membuat harga saham semakin terperosok. Jumlah saham yang mengalami penurunan lebih banyak ketimbang saham yang meningkat harganya. Bahkan lebih parahnya lagi, banyak profesional pasar modal yang harus kehilangan pekerjaan dan terpaksa beralih profesi untuk bertahan hidup.
 
2.     Bubble Dotcom (2000)
Fenomena “Bubble Dotcom” merupakan bencana ekonomi yang bermula dari kemajuan teknologi internet. Awal mula gelembung dotcom ini berlangsung sejak awal 1998 dan mencapai puncaknya di pertengahan 2000.

banyanhill.com

Kala itu sektor bisnis yang berhubungan dengan internet termasuk sektor yang menjanjikan. Perusahaan-perusahaan dotcom ini berani melantai di bursa dengan pencapaiannya yang luar biasa. Ada sekitar 370 perusahaan internet yang mencatatkan sahamnya di bursa Amerika. Nilainya mencapai $1,3 triliun, setara 8% dari keseluruhan pasar saham Amerika.

Penggelembungan di sektor bisnis internet terjadi sejak banyak investor menginvestasikan uangnya ke berbagai perusahaan yang berhubungan dengan internet, yang menjanjikan keuntungan besar. Banyaknya investor inilah yang menyebabkan harga saham berbagai perusahaan dotcom naik secara drastis. Para pemilik perusahaan tersebut lalu tiba-tiba menjadi miliuner dalam waktu singkat.

i.ytimg.com

Saat harga saham naik pengeluaran perusahaan pun ikut naik. Hingga setahun kemudian, banyak perusahaan dotcom ini tidak punya pendapatan sepeser pun, dan saham mereka pun anjlok. Dalam kondisi seperti ini perusahaan-perusahaan dotcom tersebut banyak mengalami kerugian.

Sejak Maret 2000 saham-saham perusahaan dotcom terus berguguran. Pada 4 April 2000, bursa NASDAQ merosot tajam dari 4.283 poin ke 3.649. Dan pada 2001, perusahaan-perusahaan dotcom itu benar-benar hancur. Banyak dari mereka tidak mampu menghasilkan laba.

www.newsbtc.com

Sejumlah pengamat berpendapat bahwa bubble dotcom terjadi karena perusahaan-perusahaan berbasis internet itu tidak memiliki perencanaan bisnis dan analisis keuangan yang baik. Ditambah lagi valuasi berlebihan terhadap perusahaan-perusahaan dotcom yang didorong oleh sikap greedy (kerakusan), namun tidak memperhatikan apakah mereka nantinya bisa meraup untung atau tidak.


3.     Krisis Keuangan Global (2008)
Krisis keuangan 2008 yang mulai terjadi di Amerika Serikat (AS), memiliki dampak yang luas ke berbagai negara di seluruh dunia. Kasus kebangkrutan terbesar ini seolah membuka “kebobrokan” pasar keuangan di Amerika.

chiefexecutive.net

Krisis 2008 dikenal juga sebagai krisis subprime mortgage. Subprime mortgage merupakan istilah untuk kredit perumahan (mortgage) yang diberikan kepada debitur dengan sejarah kredit buruk atau belum memiliki sejarah kredit sama sekali. Makanya kredit ini digolongkan sebagai kredit yang berisiko tinggi.

Sebenarnya nilai subprime mortgage ini tidak terlalu besar. Masalah sebenarnya bersumber dari praktik pengemasan subprime mortgage tersebut dalam berbagai bentuk sekuritas lain (securitization of security). Nah, surat berharga inilah yang kemudian diperdagangkan di pasar finansial global.

Banyak kertas derivatif diciptakan dan kemudian dibeli oleh bank-bank besar untuk tujuan investasi. Namun ketika subprime mortgage macet, kertas-kertas ini mendadak hilang nilainya, sehingga banyak bank mengalami kesulitan likuiditas. Salah satu bank yang terkena dampak buruk krisis ini adalah Lehman Brothers yang dinyatakan bangkrut.

mediadc.brightspotcdn.com

Pada Desember 2008 ekonomi AS mengalami resesi. Angka pengangguran tercatat sebesar 7,2%, yang merupakan angka tertinggi dalam 16 tahun terakhir. Pada awal 2009 krisis keuangan terus berlanjut hingga akhirnya Dow Jones jatuh ke 6.547, 05 pada 9 Maret 2009. Itu adalah titik terendah sejak April 1997.

Bank-bank terus mengalami terus melaporkan kerugian, hingga akhirnya memaksa The Fed dan Kongres menyediakan dana talangan yang luar biasa. Setelah itu kondisi pasar pun mulai cair, dan ekonomi perlahan mulai pulih.

4.     Krisis Ekonomi Global Akibat Pandemi Corona (2020)
Tahun 2020 menjadi tahun yang menantang bagi ekonomi dunia. Seluruh negara menghadapi kejatuhan ekonomi terburuk sejak Depresi Besar akibat meluasnya dampak wabah Pandemi Corona (Covid-19). Depresi Besar sendiri adalah krisis ekonomi yang muncul di Amerika Serikat, yang terjadi selama satu dekade dari 1929 hingga 1939.

www.romania-insider.com

IMF memperkirakan pertumbuhan global akan berubah menjadi negatif tajam di tahun 2020, di mana 170 dari 180 anggota IMF akan mengalami penurunan pendapatan perkapita. Bahkan organisasi untuk kerjasama dan pembangunan ekonomi (OECD) mengingatkan pandemi ini juga berpotensi menimbulkan krisis ekonomi dunia.

Sampai dengan pertengahan 2020 dampak Pandemi Corona ini telah menimbulkan penurunan tajam pada produksi, rantai pasokan, dan konsumsi dunia. Di berbagai negara hal ini terjadi karena diterapkannya kebijakan karantina, pembatasan perjalanan, dan pembatasan sosial. Konsumen yang tetap berada di rumah telah menurunkan aktivitas ekonomi, mulai dari transportasi, jasa, perdangangan, dan keuangan.   

www.ncronline.org

Di Indonesia, tanda-tanda krisis sudah mulai tampak. Beberapa indikatornya dapat dilihat dari nilai tukar rupiah yang melemah tajam, cadangan devisa terkuras demi stabilisasi rupiah, naiknya kredit macet (NPL), rasio defisit APBN terhadap PDB semakin melebar, dan turunnya pertumbuhan ekonomi.

Kinerja pasar modal Indonesia juga menurun hingga 10,75% pada pekan kedua Maret 2020. Demikian juga dengan kapitalisasi pasar yang menurun hingga 10% di periode yang sama. Kinerja mingguan IHSG ini merupakan yang terburuk sejak Oktober 2008.

Sementara itu bursa saham Amerika, Wall Street, pada 16 Maret 2020 terkoreksi tajam. Kinerja di periode ini menjadi yang terburuk sejak 1987. Perdagangan di Wall Street bahkan terpaksa harus dihentikan 15 menit setelah saham dalam indeks S&P 500 turun hingga 8%.

capital.com


Peristiwa-peristiwa tadi dapat diibaratkan sebagai fenomena Black Swan bagi ekonomi global. Peristiwa langka yang sulit diprediksi ini tentunya mengharuskan semua pihak melakukan mitigasi dan mengelola risiko, baik risiko yang terprediksi maupun ancaman yang muncul secara tiba-tiba.  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mencari Saham Murah Menggunakan Margin of Safety

Oleh: Cepy Suherman Tahukah kamu, Warren Buffet pernah berkata bahwa ada tiga kata yang paling penting dalam investasi. Tiga kata tersebut yaitu “ Margin of Safety” . Menurutnya, kata-kata (konsep) tersebut sangatlah penting bagi siapapun yang ingin meraih kesuksesan di pasar modal. tradebrains.in Bagi para value investor , margin of safety menjadi semacam strategi investasi yang wajib dipahami dan dikuasai. Dengan strategi ini, mereka bisa memperoleh saham bagus dengan harga murah, untuk kemudian dijual kembali pada harga yang lebih tinggi. Penasaran dengan strategi investasi yang satu ini? Yuk, kita simak penjelasan berikut ini. Mengenal Margin of Safety Dalam ilmu investasi, margin of safety (MOS) sebenarnya menggambarkan selisih antara harga saham ( market value ) dengan nilai intrinsik ( intrinsic value ) saham tersebut. Margin of safety atau biasa disebut juga dengan “margin pengaman” atau “batas aman” ini, adalah konsep yang dipopulerkan oleh Benjamin

Efficient Market Hypothesis: Sebuah Teori dalam Memahami Perilaku Pasar Modal

Oleh: Cepy Suherman Mempelajari pasar modal, tentu tidak akan lepas dari berbagai macam konsep dan teori yang terus dikembangkan. Salah satu “penemuan” terbesar di bidang keuangan (khususnya pasar modal) yaitu dikemukakannya sebuah hipotesis tentang pasar yang efisien ( Efficient Market Hypothesis ). Apakah kamu pernah mendengar hipotesis ini? tradebrains.in Dari sekian banyak teori keuangan, hipotesis pasar efisien dianggap sebagai salah satu teori paling penting yang wajib diketahui semua pelaku pasar modal. Konsepnya yang menarik, telah menjadikan teori ini mendapatkan perhatian yang luar biasa dan terus-menerus diuji di hampir seluruh pasar modal di dunia hingga sekarang. Penasaran, seperti apa hipotesis ini? Yuk kita simak penjelasan berikut ini. Mengenal Efficient Market Hypothesis (EMH) Efficient Market Hypothesis (EMH) pertama kali dikembangkan dari sebuah disertasi seorang ahli keuangan bernama Eugene Fama pada 1960-an, yang kemudian diperkenalkan sec

Penerapan Ekonometrika Keuangan dalam Aktivitas Trading di Pasar Modal

Oleh: Cepy Suherman Sebelum melakukan trading, para trader umumnya melakukan analisis terhadap surat berharga (efek) yang akan mereka beli, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Dalam analisis kualitatif, para trader akan mengamati model bisnis suatu perusahaan, manajemen, keunggulan kompetitif, corporate governance , regulasi, hingga pertumbuhan industri. Di sisi lain, analisis kuantitatif dilakukan dengan memeriksa laporan keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan ini akan diketahui mengenai nilai aset, kewajiban, kepemilikan modal, hingga proyeksi laba di masa yang akan datang. londontradinginstitute.com Salah satu metode kuantitatif yang cukup banyak dipakai dalam trading saham yaitu melalui Pemodelan Ekonometrika ( econometric modeling ). Salah satu kelebihan metode ekonometrika ini yaitu kemampuannya untuk melakukan peramalan ( forecasting ) dengan derajat probabilitas tertentu. Dalam kondisi yang penuh dengan ketidakpastian, peramalan melalui meto

Pasar Modal: Alternatif Pendanaan Modal Perusahaan

Oleh: Cepy Suherman Setiap pemilik perusahaan tentu ingin perusahaannya bisa tumbuh besar dan menguntungkan. Namun hal ini tidaklah mudah. Selain strategi dan kerja keras, tak jarang dibutuhkan pula tambahan modal yang mesti disiapkan untuk mencapai tujuan tersebut. www.iexpats.com Untuk bisa berekspansi, perusahaan dapat mengandalkan tiga alternatif sumber pendanaan. Pertama , menggunakan pendanaan internal. Sumber pendanaan ini berasal dari dalam perusahaan. Contohnya adalah laba ditahan ( retained earning ). Laba ditahan adalah bagian laba perusahaan yang tidak dibagikan kepada para pemegang saham. Besarnya laba ditahan ini tergantung jumlah laba yang diperoleh perusahaan pada periode tertentu serta ditentukan pula oleh hasil Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) mengenai seberapa besar bagian keuntungan yang akan dibagikan. Kedua , mengajukan pinjaman ke bank. Pendanaan seperti ini biasanya disebut dengan debt financing (utang). Dana atau modal yang diperoleh dari bank

Mengenal Trading Indicator Jepang Ichimoku Kinko Hyo

Oleh: Cepy Suherman Saat mendengar istilah “ Ichimoku Kinko Hyo ”, kamu pasti akan mengasosiasikannya dengan negara Jepang. Yup, istilah ini memang diambil dari bahasa Jepang yang merupakan gabungan dari kata “ Ichimoku ” yang artinya sekilas, “ Kinko ” yang berarti keseimbangan, dan “ Hyo ” yang berarti grafik. Jadi secara sederhana Ichimoku Kinko Hyo dapat diartikan sebagai grafik yang menggambarkan keseimbangan sekilas ( equilibrium at a glance ). Pinterest Ichimoku merupakan salah satu trading indicator yang banyak digunakan para trader maupun investor. Indikator ini pertama kali dikembangkan oleh seorang jurnalis asal Jepang bernama Goichi Hosada pada 1936. Dibutuhkan waktu 20 tahun bagi Goichi Hosada untuk mengembangkan dan menguji indikator ini hingga akhirnya baru dirilis pada 1969 saat ia menulis sebuah buku. videosde.eu Pada awal kemunculannya, Ichimoku hanya digunakan oleh para trader di kawasan Asia. Mereka menggunakan indikator ini dalam

Mengukur Kinerja Reksadana dengan Indikator Kuantitatif

Oleh: Cepy Suherman Setiap orang tentu ingin memperoleh keuntungan saat berinvestasi di reksadana. Untuk mencapai hal tersebut, seorang investor biasanya akan mengamati dan melakukan review atas produk-produk reksadana yang akan mereka beli. Cara paling gampang yaitu dengan menilai reksadana berdasarkan tingkat keuntungan ( return ) dengan melihat grafik perkembangan Nilai Aktiva Bersih dari waktu ke waktu. i.ytimg.com Sebenarnya ada banyak cara untuk mengukur kinerja suatu produk reksadana. Salah satunya melalui pendekatan kuantitatif dengan bermacam indikator. Penggunaan indikator ini dapat membantu investor untuk mencari produk-produk reksadana yang dapat menghasilkan return yang optimal dengan risiko yang terukur. Dan investor tentunya menginginkan memiliki produk reksadana yang menghasilkan return tinggi dengan risiko rendah. Menilai kinerja reksadana hanya dari tingkat keuntungannya saja memang memiliki banyak kelemahan. Untuk itu diperlukan beberapa indi

Modern Portfolio Theory: Panduan dalam Diversifikasi Investasi

Oleh: Cepy Suherman “ Don’t put all your eggs in one basket ” Kamu tentu pernah mendengar pepatah di atas. Dalam dunia investasi, hal ini berarti bahwa sebaiknya kamu tidak menempatkan semua modalmu dalam satu instrumen saja. Karena jika “keranjang” itu jatuh, maka “telur-telurmu” pun akan pecah semua. Tidak semua orang berani menghadapi risiko tinggi saat berinvestasi. Untuk memperoleh hasil optimal dengan risiko yang minimal, salah satu strategi yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan diversifikasi. Caranya yaitu dengan menempatkan aset-aset ke berbagai instrumen investasi. live.staticflickr.com Banyak investor pemula yang belum sadar pentingnya melakukan diversifikasi. Padahal strategi ini dapat membantu kita dalam meminimalisir risiko, sekaligus mencapai hasil yang diharapkan. Untuk itu, melalui penjelasan berikut ini kita akan mencari tahu seberapa penting melakukan diversifikasi dalam aktivitas investasi. Pentingnya Diversifikasi Secara se

Mengenal John Maynard Keynes: Sang Bapak Makroekonomi Modern

Oleh: Cepy Suherman Bagi kamu yang kuliah di Fakultas Ekonomi (atau tertarik dengan ilmu ekonomi) mungkin sudah tidak asing lagi dengan nama tokoh yang satu ini. Yup, dia adalah John Maynard Keynes . Pria yang dinobatkan sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh abad ke-20 versi Majalah Times ini, merupakan salah satu ekonom yang sangat penulis kagumi sejak lama.  The School of Life YouTube Channel Kehebatan Keynes dalam bidang teori ekonomi, terutama makroekonomi , sudah diakui oleh banyak orang. Pemikirannya telah mempengaruhi, bahkan mengubah berbagai kebijakan ekonomi di banyak negara. Atas prestasinya ini wajar saja jika Majalah The Economist menganggap Keynes sebagai Ekonom Terbesar Inggris abad ke-20. Penarasan siapa John Maynard Keynes sebenarnya? Yuk, simak penjelasan berikut. Siapa itu John Maynard Keynes? John Maynard Keynes lahir pada 5 Juni 1883 di Cambridge, Inggris. Ia merupakan putra dari John Neville Keynes , seorang dosen filsafat dan ekonom