Oleh: Cepy Suherman
Buat kamu yang sudah trading
atau investasi saham cukup lama, tentu pernah mengalami untung-rugi akibat naik-turunnya
harga saham. Bahkan mungkin beberapa kali kamu pernah memperoleh profit dalam
waktu yang sangat singkat akibat kenaikan harga yang tak wajar. Begitupun
sebaliknya, menderita rugi dalam waktu yang sangat singkat pula.
Memperoleh cuan dalam waktu singkat mungkin menjadi impian
banyak trader, namun hal ini umumnya dibarengi dengan risiko yang tinggi pula. Penulis
sendiri bahkan beberapa kali “terjebak” di saham-saham yang awalnya memberikan
potensi keuntungan yang cepat, namun justru malah berujung pada kerugian akibat
penurunan harga yang sangat signifikan.
Dalam dunia pasar modal, terdapat beberapa (atau mungkin
banyak) saham yang pergerakannya ekstrim, naik-turun seperti roller coaster. Harga sahamnya berfluktuatif
dengan sangat cepat. Jika kamu bisa memanfaatkan saham ini untuk memperoleh
untung dalam waktu singkat mungkin tidak masalah. Tapi bagaimana jika terjadi
sebaliknya? Pasti kamu merasa kesal, bukan?
Agar tidak terjebak pada saham-saham model begini, ada
baiknya kamu pelajari mengenai apa itu “Saham Gorengan”. Ya, seperti namanya,
saham ini memang “renyah” kalau kamu bisa memperoleh cuan darinya. Tapi bisa
juga menjadi berbahaya kalau kamu kurang hati-hati dalam “mengkonsumsinya”.
Apa itu “Saham
Gorengan”?
Kita pasti sering melihat saham-saham yang dalam waktu
singkat harganya naik sangat tinggi (atau bisa juga turun drastis), namun tidak
disertai fundamental yang jelas dari perusahaan tersebut. Pergerakan harga
sahamnya bahkan cenderung liar. Saham inilah yang oleh para investor maupun
para trader disebut dengan saham gorengan.
Mengapa disebut gorengan? Karena saham ini dapat naik dan
turun dalam waktu singkat akibat adanya permintaan pasar yang semu. Sesuai
hukum permintaan dan penawaran, harga saham akan bergerak tergantung sisi
permintaan dan penawaran. Ketika permintaan (bid) terhadap suatu saham tinggi, maka harganya akan meningkat.
Sebaliknya jika lebih banyak orang yang ingin menjualnya atau menawarkannya (offer), maka harga saham akan turun.
Permintaan dan penawaran pada saham-saham gorengan umumnya dikendalikan
oleh para market maker, big player, atau fund manager alias bandar. Ia bisa
berupa satu individu atau institusi, atau bisa juga kelompok. Mereka memiliki
modal besar untuk bisa membuat pergerakan harga. Lalu, seperti apa cara kerja
sang bandar ini?
Memahami Cara Kerja
Bandar Saham
Bandar saham memiliki kepentingan tertentu saat mereka
hendak menggerakkan harga sebuah saham. Pada dasarnya yang mereka lakukan
bukanlah sekadar menggerakkan harga, tapi justru memanipulasi harga (menggoreng
saham).
Dengan dana yang hampir tak terbatas, bandar bisa membeli
dan kemudian menguasai serta mengatur supply
saham. Saham yang akan di-“goreng” umumnya memiliki kapitalisasi pasar yang
tergolong kecil (kurang lebih di bawah Rp1 trilyun).
Setelah menentukan saham mana yang akan digoreng, bandar
kemudian akan menghembuskan rumor dan berita-berita baik mengenai saham tersebut.
Bahkan beberapa bandar memiliki portal berita, media sosial, atau bahkan media konvensional
yang bisa mereka bayar untuk mendukung aktivitas mereka.
Tindakan tersebut dilakukan untuk membentuk persepsi di
kalangan investor sehingga muncul kesan positif pada saham yang sedang
digoreng. Tak jarang pemberitaan positif terhadap suatu saham membuat saham
tersebut menjadi populer di kalangan investor, dan harga sahamnya pun naik.
Ketika investor mulai masuk ke saham-saham ini, harga saham
pun mulai naik secara normal sesuai mekanisme pasar. Dan ketika dirasa sudah
cukup, sang bandar pun mulai melancarkan aksinya secara senyap dengan menjual
saham yang mereka kuasai pasokannya di harga tinggi.
Di fase ini bandar berusaha melepas kepemilikannya secara
berangsur-angsur agar tidak menimbulkan kepanikan di pasar. Investor pemula
biasanya tidak sadar bahwa mereka sudah terjebak di saham-saham yang sedang
digoreng. Beberapa investor yang merasa rugi karena harga sahamnya tiba-tiba turun
terpaksa melakukan cut loss (jual
rugi).
Tidak semua investor atau trader mau melakukan cut loss. Mereka yang tidak mau cut loss umumnya memilih untuk menunggu serta
berharap semoga penurunan harga ini bersifat sementara dan kemudian harga saham
akan naik kembali.
Tapi pada banyak kasus, pilihan untuk menunggu ini pun
tampaknya bukan pilihan terbaik. Banyak investor yang terjebak di saham yang
turun drastis harganya, dan mereka sama sekali tidak bisa menjual sahamnya.
Kejadian seperti ini biasa disebut dengan “saham nyangkut”, yang terjadi karena
saham ini mendadak tidak ada peminatnya setelah usai euforia harga. Untuk itu
agar tidak terjebak di saham-saham gorengan, para trader dan investor harus
bisa memahami ciri-ciri saham gorengan dengan baik.
Seperti Apa sih Saham
Gorengan itu?
Salah dalam memilih saham tentu akan fatal akibatnya,
apalagi saham yang dipilih adalah tipe saham gorengan. Ada beberapa ciri yang
biasanya dikenal oleh para investor untuk mengidentifikasi kelompok saham
gorengan.
1. Memiliki Kapitalisasi Pasar yang Kecil
Saham gorengan umumnya memiliki nilai kapitalisasi pasar yang kecil (small cap), dengan demikian sang bandar
dapat dengan leluasa menggerakkan harganya. Kapitalisasi pasar (market capitalization) sendiri merupakan
nilai pasar dari sebuah perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di bursa. Nilai
ini didapat dengan cara mengalikan harga pasar saham dengan jumlah seluruh
saham yang diterbitkan perusahaan.
Selain nilai market cap-nya
yang kecil, bandar akan lebih mudah menggoreng saham yang porsi kepemilikan
publiknya minim. Dengan jumlah saham publik yang minim, bandar bisa memborong
saham ini dalam jumah banyak dan mengendalikan penawarannya.
2. Memiliki Pola Harga yang Tidak Beraturan
Saham-saham gorengan biasanya memiliki pola harga yang tidak beraturan,
sehingga mudah dikenali. Cobalah untuk mengecek pergerakan harganya selama
periode tertentu misalnya satu bulan atau satu tahun ke belakang. Terkadang
dalam beberapa hari pergerakannya datar (flat),
tapi di hari berikutnya tiba-tiba naik tajam, atau bisa juga tiba-tiba turun. Kejadian
ini sebenarnya termasuk hal yang tidak wajar.
3. Volumenya Naik-Turun Secara Drastis
Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, bandar dapat memanipulasi permintaan
dan penawaran pada saham gorengan. Jika ada saham yang antrean belinya hanya
puluhan, sementara volume perdagangannya sangat besar, maka bisa dipastikan itu
adalah saham gorengan.
Atau jika dalam kesehariannya saham ini sepi transaksi, lalu tiba-tiba
volumenya naik sangat tinggi seolah-olah sahamnya banyak diburu para investor,
ini pun dapat menjadi indikasi bahwa saham tersebut sedang digoreng.
Untuk mencegah kenaikan harga yang tidak wajar, BEI telah menetapkan
sistem auto reject untuk saham yang
harganya naik-turun secara drastis. Jika telah mencapai batas auto roject, aktivitas perdagangan saham
tersebut akan dibekukan sementara. Bahkan jika hal ini terjadi berulang kali,
otoritas bursa akan melakukan upaya pemantauan pada saham-saham yang harganya
bergerak di luar kebiasaan (Unusual
Market Activity/UMA) untuk kemudian dilakukan suspensi (penghentian
sementara perdagangan saham).
4. Tidak Didukung Fundamental Perusahaan
Umumnya kenaikan harga saham gorengan tidak disertai dengan perbaikan
fundamental perusahaan yang dapat melambungkan bisnisnya. Meningkatnya harga
saham gorengan justru sering terjadi di saat perusahaan tersebut tidak mencetak
laba atau sepi berita.
Saham yang bagus adalah ketika kenaikan harganya disertai perubahan
fundamental perusahaan. Misalnya ada kenaikan laba yang pesat, penjualan yang naik
drastis, atau adanya aksi korporasi yang berpengaruh positif bagi perusahaan.
i.ytimg.com |
Sekarang
kamu sudah tahu kan sekilas tentang saham gorengan. Agar bisa terhindar dari
jebakan saham-saham gorengan, ada baiknya kamu tidak mudah terpengaruh dengan
pemberitaan yang belum jelas. Pelajari dengan baik perusahaan yang akan kamu
beli sahamnya. Pastikan fundamentalnya bagus dan prospek bisnisnya cerah. Dan
yang tak kalah penting adalah kendalikan emosimu saat trading. Jangan mudah
tergiur pada saham yang harganya tiba-tiba naik drastis tanpa dibarengi dengan sebab-sebab
yang jelas.
Komentar
Posting Komentar