Langsung ke konten utama

5 Rasio Analisis Fundamental yang Wajib Diketahui Investor Saham



Oleh: Cepy Suherman

Analisis fundamental adalah salah satu analisis yang umumnya digunakan para investor untuk membantu keputusan dalam jual beli saham. Analisis ini mempelajari mengenai kondisi fundamental perusahaan. Melalui analisis fundamental kita bisa mengetahui apakah suatu saham sedang diperdagangkan pada harga yang murah atau mahal.


Sebelum kita berinvestasi ada baiknya kita mempelajari terlebih dahulu mengenai kondisi dasar (fundamental) sebuah perusahaan, baik secara kuantitatif (keuangan), maupun kualitatif (non-keuangan). Dari sisi keuangan misalnya, ada banyak rasio analisis fundamental yang dapat digunakan untuk menilai kesehatan sebuah perusahaan. Dengan adanya rasio-rasio tersebut kita dapat menilai kondisi fundamental perusahaan tanpa perlu membaca laporan keuangannya.

Ada banyak rasio analisis fundamental yang bisa kita pelajari untuk membantu pembuatan keputusan dalam berinvestasi. Namun pada tulisan ini kita hanya akan membahas 5 rasio analisis fundamental yang wajib diketahui investor saham. Apa saja rasio-rasionya? Yuk kita pelajari satu persatu.

1.       EPS (Earnings Per Share)

Secara sederhana EPS (Earnings Per Share) dapat diartikan sebagai laba bersih per saham suatu perusahaan. Cara menghitungnya pun mudah, yaitu laba bersih perusahaan dibagi dengan jumlah seluruh saham yang beredar.

http://knowledgegrab.com

EPS merupakan analisis penting pertama yang harus diperhatikan dalam analisis fundamental perusahaan. Besarnya EPS menggambarkan mengenai besarnya laba bersih yang akan diterima para pemegang saham dalam tiap lembar sahamnya. Nilai EPS yang tinggi biasanya menjadi salah satu bahan pertimbangan bagi investor dalam memilih saham yang akan dibeli.

EPS sebuah saham dapat memberikan informasi pada kita mengenai seberapa jauh kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba untuk tiap lembar saham yang beredar. Banyak investor menganggap bahwa besarnya EPS menjadi salah satu indikator keberhasilan sebuah perusahaan. Tingginya EPS tentu akan menyenangkan calon investor, karena kemungkinan mereka akan menerima laba yang besar.

Namun perlu diketahui, EPS bukanlah satu-satunya alat penilai keberhasilan perusahaan. Selain itu, besarnya EPS yang didistribusikan pun sangat tergantung kebijakan perusahaan dalam hal pembayaran dividen. Kebijakan ini biasanya diambil dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

http://golscacoaching.in

Perusahaan dengan EPS tinggi memang dianggap mampu memberikan kesejahteraan yang tinggi bagi pemegang sahamnya. Namun tidak selamanya saham dengan EPS tinggi akan membagikan dividen yang tinggi pula pada pemegang sahamnya. Semua tergantung dividend policy perusahaan tersebut.

Bisa saja perusahaan memiliki EPS yang tinggi namun dividen yang diterima pemegang saham justru kecil. Ini menandakan bahwa perusahaan lebih memilih untuk menahan sebagian labanya dan menginvestasikan kembali laba tersebut untuk mendukung pertumbuhan perusahaan dalam jangka panjang.

2.       PER (Price Earnings Ratio)

Price Earnings Ratio (PER) termasuk parameter paling dasar dalam analisis fundamental. Secara sederhana PER dapat diartikan sebagai perbandingan harga saham terhadap laba bersih per lembar perusahaan.

cdn.corporatefinanceinstitute.com

Menghitung PER tidaklah terlalu sulit. Caranya yaitu dengan membagi harga saham dengan EPS perusahaan yang dilaporkan pada laporan keuangan terakhir. Misalnya harga saham BRI (kode saham: BBRI) saat tulisan ini dibuat adalah 4.110 dan EPS-nya 275, maka PER BBRI adalah 4.110/275 yaitu sebesar 14,95 kali. Dengan demikian, kita bisa mengatakan bahwa harga saham BBRI adalah 14,95 kali laba bersih yang dihasilkan perusahaan.

Ada juga cara alternatif dalam menghitung PER, yaitu dengan menggunakan data perusahaan secara umum. Penghitungan nilai PER dapat dilakukan dengan cara membagi kapitalisasi pasar perusahaan dengan total pendapatan perusahaan.

i.ytimg.com

Biasanya semakin tinggi nilai PER, maka semakin mahal saham tersebut. Dan Investor pada umumnya lebih senang memilih saham dengan PER yang rendah, karena laba per sahamnya relatif lebih tinggi dibanding dengan saham yang PER-nya tinggi.  

Saham dengan nilai PER yang terlalu tinggi cenderung dihindari investor. Hal ini dikarenakan PER yang terlalu tinggi itu mencerminkan harga saham yang sudah overvalued atau overpriced. Lalu berapa angka PER yang wajar? Jawabannya adalah tidak ada yang pasti. Tiap investor memiliki patokan nilai yang berbeda-beda.

i1.wp.com

Nilai wajar PER tidaklah sama untuk semua saham, tergantung karakteristik/sektor usahanya. Tapi sebagai patokan saja, jika nilai PER di atas 14 atau 15 cenderung dianggap relatif mahal. Begitupun sebaliknya. Namun menilai saham murah hanya karena PER-nya rendah pun tidaklah cukup. Kita harus menganalisis kembali sektor usaha dan fundamental perusahaan tersebut. Jangan sampai saham yang kita anggap murah malah sebenarnya adalah murahan.

3.       ROE (Return on Equity)

Return on Equity (ROE) merupakan salah satu rasio analisis yang sudah tidak asing di dunia investasi. Rasio ini menunjukkan tingkat efektivitas manajemen perusahaan dalam menghasilkan laba dari dana yang diinvestasikan perusahaan. Semakin besar ROE menandakan semakin besar laba yang dihasilkan dari sejumlah dana yang diinvestasikan.

ROE dihitung dengan cara membandingkan laba bersih setelah pajak dengan ekuitas yang telah diinvestasikan pemegang saham perusahaan. ROE mengukur seberapa efisien sebuah perusahaan menggunakan uang dari pemegang saham untuk menghasilkan keuntungan.

cdn.wallstreetmojo.com

Setiap investor tentunya menginginkan tingkat pengembalian yang tinggi, yang ditandai dengan ROE yang tinggi. Biasanya saham dengan ROE di atas 15% dianggap saham yang menguntungkan. Dan sebaiknya hindarilah saham dengan ROE kurang dari 5% karena diyakini kurang prospektif.

Nilai ROE untuk tiap sektor sangatlah berbeda, karena setiap perusahaan di industri yang berbeda memiliki investasi dan pendapatan yang berbeda-beda pula. Jadi, sebaiknya pembandingan ROE hanya dilakukan pada perusahaan-perusahaan dengan ukuran dan industri yang sama. Umumnya perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan tinggi cenderung memiliki ROE yang tinggi karena mampu menghasilkan pendapatan tambahan tanpa perlu didanai pihak eksternal.

www.thebalance.com
     
4.       PBV (Price to Book Value)

Rasio analisis fundamental keempat yang wajib diketahui investor saham adalah Price to Book Value (PBV). PBV merupakan parameter yang menggambarkan rasio harga saham terhadap nilai buku (book value) perusahaan. Tujuan menghitung PBV adalah untuk mengetahui seberapa mahal atau murah kah harga saham dari suatu perusahaan saat ini.

Nilai buku atau book value merupakan gambaran mengenai perkiraan nilai suatu perusahaan apabila suatu perusahaan terpaksa dilikuidasi. Nilai buku diperoleh dari data nilai aset perusahaan yang tercantum dalam laporan keuangan, yang dihitung dengan cara mengurangkan kewajiban perusahaan dari nilai asetnya (Nilai Buku = Aktiva – Kewajiban).

cdn.wallstreetmojo.com

Misal dalam neraca PT. Mulia tercatat total aset Rp9.000.000.000,00, total kewajiban Rp2.500.000.00, dan modal sendiri Rp6.500.000.000,00. Sementara jumlah saham yang beredar sebanyak 10.000.000 lembar saham. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa nilai buku perusahaan adalah Rp6.500.000.000,00 atau Rp650,00 per lembar saham.

Andaikan jika nilai pasar saham perusahaan tersebut saat ini hanya sebesar Rp500,00 per lembar saham, maka saham perusahaan tersebut dapat dikatakan layak dibeli. Meski demikian, jika memang terjadi likuidasi, nilai aset perusahaan biasanya tidak harus selalu sama dengan nilai yang tercatat di laporan neraca. Bisa lebih tinggi, bisa juga lebih rendah. Nilai buku hanya membantu memberikan gambaran mengenai risiko kepada investor andaikan perusahaan ditutup.

Saham yang mempunyai nilai PBV “1” menandakan bahwa harga pasar dan nilai bukunya sama. Sementara itu jika nilai PBV-nya di atas “1” maka saham tersebut biasanya dianggap mahal. Begitupun sebaliknya. Kembali ke contoh PT. Mulia tadi, bahwa nilai PBV dapat dihitung dengan cara: Rp500,00/Rp650,00 = 0,77 kali.

image.slidesharecdn.com

Perlu diketahui, penggunaan PBV sangat cocok digunakan pada perusahaan yang memiliki aset tetap berwujud (tangible assets) yang besar. Penghitungan PBV tidak memberikan nilai kepada aset tidak berwujud seperti brand, goodwill, atau prospek kinerja yang bagus di masa yang akan datang.
          
5.       DER (Debt to Equity Ratio)

Rasio analisis fundamental kelima yang tidak kalah pentingnya yaitu Debt to Equity Ratio (DER). Rasio ini menggambarkan perbandingan antara jumlah kewajiban dengan jumlah modal bersih yang dimiliki perusahaan. Melalui DER, kita dapat mengetahui kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya dengan menggunakan seluruh aset yang dimilikinya.


cdn.wallstreetmojo.com

Angka DER menggunakan satuan “kali” atau bisa juga dalam satuan persen. Misal sebuah perusahaan memiliki modal bersih sebesar Rp1 trilyun, sementara total kewajibannya sebesar Rp400 milyar, maka nilai DER-nya yaitu: Rp400 Milyar / Rp1 trilyun = 0,4 kali atau 40%.

Perusahaan yang sehat ditandai dengan DER yang di bawah 1 kali atau di bawah 100%. Biasanya semakin rendah DER maka semakin bagus. Artinya angka DER yang rendah menunjukkan kemampuan perusahaan yang semakin baik dalam membayar kewajiban jangka panjangnya. Hal ini karena sumber modal perusahaan tidak terlalu bergantung dengan pihak luar, sehingga tidak terlalu membebani perusahaan akibat utang.

www.wikihow.com

Dalam menganalisis DER, kita harus jeli menentukan apakah utang perusahaan tersebut berasal dari utang jangka pendek atau utang jangka panjang. Jika utang lancar (utang jangka pendek) lebih besar dibanding utang jangka panjang, hal ini masih bisa diterima. Utang lancar ini biasanya terkait dengan operasional perusahaan yang bersifat jangka pendek, contohnya adalah utang usaha kepada supplier atau utang akibat pendapatan diterima di muka.

Lain halnya jika yang lebih besar adalah utang jangka panjang, yang diperoleh dari pinjaman bank atau penerbitan obligasi. Perusahaan tentu akan terus menanggung kewajiban pembayaran pokok dan bunga pinjaman sampai utangnya lunas. Kondisi tersebut akan memperberat beban perusahaan karena dapat menekan laba perusahaan dan mengganggu likuiditas di masa mendatang.

cdn.corporatefinanceinstitute.com

Perlu kamu ketahui juga bahwa perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa keuangan seperti bank, asuransi, dan perusahaan investasi cenderung memiliki DER yang tinggi. Hal ini karena perusahaan-perusahaan tersebut memiliki dana kelolaan yang berasal dari pihak ketiga. Dalam akuntansi, dana pihak ketiga ini dianggap sebagai utang/kewajiban. Jadi wajar jika jenis perusahaan tersebut memiliki DER yang tinggi. Tapi justru semakin banyak dana pihak ketiga yang mereka kelola, peluang memperoleh laba pun akan semakin tinggi. Dengan demikian, penggunaan DER pada perusahaan asuransi dan bank dianggap kurang cocok.

Nah, dari penjelasan tadi, kamu sekarang sudah mulai paham kan mengenai pentingnya rasio analisis fundamental? Dengan menggunakan rasio-rasio tersebut, kamu bisa menilai kinerja dan kesehatan suatu perusahaan, sehingga investasi yang kamu lakukan dapat lebih objektif dan terarah. Semoga bermanfaat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mencari Saham Murah Menggunakan Margin of Safety

Oleh: Cepy Suherman Tahukah kamu, Warren Buffet pernah berkata bahwa ada tiga kata yang paling penting dalam investasi. Tiga kata tersebut yaitu “ Margin of Safety” . Menurutnya, kata-kata (konsep) tersebut sangatlah penting bagi siapapun yang ingin meraih kesuksesan di pasar modal. tradebrains.in Bagi para value investor , margin of safety menjadi semacam strategi investasi yang wajib dipahami dan dikuasai. Dengan strategi ini, mereka bisa memperoleh saham bagus dengan harga murah, untuk kemudian dijual kembali pada harga yang lebih tinggi. Penasaran dengan strategi investasi yang satu ini? Yuk, kita simak penjelasan berikut ini. Mengenal Margin of Safety Dalam ilmu investasi, margin of safety (MOS) sebenarnya menggambarkan selisih antara harga saham ( market value ) dengan nilai intrinsik ( intrinsic value ) saham tersebut. Margin of safety atau biasa disebut juga dengan “margin pengaman” atau “batas aman” ini, adalah konsep yang dipopulerkan oleh Benjamin

Efficient Market Hypothesis: Sebuah Teori dalam Memahami Perilaku Pasar Modal

Oleh: Cepy Suherman Mempelajari pasar modal, tentu tidak akan lepas dari berbagai macam konsep dan teori yang terus dikembangkan. Salah satu “penemuan” terbesar di bidang keuangan (khususnya pasar modal) yaitu dikemukakannya sebuah hipotesis tentang pasar yang efisien ( Efficient Market Hypothesis ). Apakah kamu pernah mendengar hipotesis ini? tradebrains.in Dari sekian banyak teori keuangan, hipotesis pasar efisien dianggap sebagai salah satu teori paling penting yang wajib diketahui semua pelaku pasar modal. Konsepnya yang menarik, telah menjadikan teori ini mendapatkan perhatian yang luar biasa dan terus-menerus diuji di hampir seluruh pasar modal di dunia hingga sekarang. Penasaran, seperti apa hipotesis ini? Yuk kita simak penjelasan berikut ini. Mengenal Efficient Market Hypothesis (EMH) Efficient Market Hypothesis (EMH) pertama kali dikembangkan dari sebuah disertasi seorang ahli keuangan bernama Eugene Fama pada 1960-an, yang kemudian diperkenalkan sec

Penerapan Ekonometrika Keuangan dalam Aktivitas Trading di Pasar Modal

Oleh: Cepy Suherman Sebelum melakukan trading, para trader umumnya melakukan analisis terhadap surat berharga (efek) yang akan mereka beli, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Dalam analisis kualitatif, para trader akan mengamati model bisnis suatu perusahaan, manajemen, keunggulan kompetitif, corporate governance , regulasi, hingga pertumbuhan industri. Di sisi lain, analisis kuantitatif dilakukan dengan memeriksa laporan keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan ini akan diketahui mengenai nilai aset, kewajiban, kepemilikan modal, hingga proyeksi laba di masa yang akan datang. londontradinginstitute.com Salah satu metode kuantitatif yang cukup banyak dipakai dalam trading saham yaitu melalui Pemodelan Ekonometrika ( econometric modeling ). Salah satu kelebihan metode ekonometrika ini yaitu kemampuannya untuk melakukan peramalan ( forecasting ) dengan derajat probabilitas tertentu. Dalam kondisi yang penuh dengan ketidakpastian, peramalan melalui meto

Pasar Modal: Alternatif Pendanaan Modal Perusahaan

Oleh: Cepy Suherman Setiap pemilik perusahaan tentu ingin perusahaannya bisa tumbuh besar dan menguntungkan. Namun hal ini tidaklah mudah. Selain strategi dan kerja keras, tak jarang dibutuhkan pula tambahan modal yang mesti disiapkan untuk mencapai tujuan tersebut. www.iexpats.com Untuk bisa berekspansi, perusahaan dapat mengandalkan tiga alternatif sumber pendanaan. Pertama , menggunakan pendanaan internal. Sumber pendanaan ini berasal dari dalam perusahaan. Contohnya adalah laba ditahan ( retained earning ). Laba ditahan adalah bagian laba perusahaan yang tidak dibagikan kepada para pemegang saham. Besarnya laba ditahan ini tergantung jumlah laba yang diperoleh perusahaan pada periode tertentu serta ditentukan pula oleh hasil Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) mengenai seberapa besar bagian keuntungan yang akan dibagikan. Kedua , mengajukan pinjaman ke bank. Pendanaan seperti ini biasanya disebut dengan debt financing (utang). Dana atau modal yang diperoleh dari bank

Mengenal Trading Indicator Jepang Ichimoku Kinko Hyo

Oleh: Cepy Suherman Saat mendengar istilah “ Ichimoku Kinko Hyo ”, kamu pasti akan mengasosiasikannya dengan negara Jepang. Yup, istilah ini memang diambil dari bahasa Jepang yang merupakan gabungan dari kata “ Ichimoku ” yang artinya sekilas, “ Kinko ” yang berarti keseimbangan, dan “ Hyo ” yang berarti grafik. Jadi secara sederhana Ichimoku Kinko Hyo dapat diartikan sebagai grafik yang menggambarkan keseimbangan sekilas ( equilibrium at a glance ). Pinterest Ichimoku merupakan salah satu trading indicator yang banyak digunakan para trader maupun investor. Indikator ini pertama kali dikembangkan oleh seorang jurnalis asal Jepang bernama Goichi Hosada pada 1936. Dibutuhkan waktu 20 tahun bagi Goichi Hosada untuk mengembangkan dan menguji indikator ini hingga akhirnya baru dirilis pada 1969 saat ia menulis sebuah buku. videosde.eu Pada awal kemunculannya, Ichimoku hanya digunakan oleh para trader di kawasan Asia. Mereka menggunakan indikator ini dalam

Mengukur Kinerja Reksadana dengan Indikator Kuantitatif

Oleh: Cepy Suherman Setiap orang tentu ingin memperoleh keuntungan saat berinvestasi di reksadana. Untuk mencapai hal tersebut, seorang investor biasanya akan mengamati dan melakukan review atas produk-produk reksadana yang akan mereka beli. Cara paling gampang yaitu dengan menilai reksadana berdasarkan tingkat keuntungan ( return ) dengan melihat grafik perkembangan Nilai Aktiva Bersih dari waktu ke waktu. i.ytimg.com Sebenarnya ada banyak cara untuk mengukur kinerja suatu produk reksadana. Salah satunya melalui pendekatan kuantitatif dengan bermacam indikator. Penggunaan indikator ini dapat membantu investor untuk mencari produk-produk reksadana yang dapat menghasilkan return yang optimal dengan risiko yang terukur. Dan investor tentunya menginginkan memiliki produk reksadana yang menghasilkan return tinggi dengan risiko rendah. Menilai kinerja reksadana hanya dari tingkat keuntungannya saja memang memiliki banyak kelemahan. Untuk itu diperlukan beberapa indi

Modern Portfolio Theory: Panduan dalam Diversifikasi Investasi

Oleh: Cepy Suherman “ Don’t put all your eggs in one basket ” Kamu tentu pernah mendengar pepatah di atas. Dalam dunia investasi, hal ini berarti bahwa sebaiknya kamu tidak menempatkan semua modalmu dalam satu instrumen saja. Karena jika “keranjang” itu jatuh, maka “telur-telurmu” pun akan pecah semua. Tidak semua orang berani menghadapi risiko tinggi saat berinvestasi. Untuk memperoleh hasil optimal dengan risiko yang minimal, salah satu strategi yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan diversifikasi. Caranya yaitu dengan menempatkan aset-aset ke berbagai instrumen investasi. live.staticflickr.com Banyak investor pemula yang belum sadar pentingnya melakukan diversifikasi. Padahal strategi ini dapat membantu kita dalam meminimalisir risiko, sekaligus mencapai hasil yang diharapkan. Untuk itu, melalui penjelasan berikut ini kita akan mencari tahu seberapa penting melakukan diversifikasi dalam aktivitas investasi. Pentingnya Diversifikasi Secara se

Mengenal John Maynard Keynes: Sang Bapak Makroekonomi Modern

Oleh: Cepy Suherman Bagi kamu yang kuliah di Fakultas Ekonomi (atau tertarik dengan ilmu ekonomi) mungkin sudah tidak asing lagi dengan nama tokoh yang satu ini. Yup, dia adalah John Maynard Keynes . Pria yang dinobatkan sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh abad ke-20 versi Majalah Times ini, merupakan salah satu ekonom yang sangat penulis kagumi sejak lama.  The School of Life YouTube Channel Kehebatan Keynes dalam bidang teori ekonomi, terutama makroekonomi , sudah diakui oleh banyak orang. Pemikirannya telah mempengaruhi, bahkan mengubah berbagai kebijakan ekonomi di banyak negara. Atas prestasinya ini wajar saja jika Majalah The Economist menganggap Keynes sebagai Ekonom Terbesar Inggris abad ke-20. Penarasan siapa John Maynard Keynes sebenarnya? Yuk, simak penjelasan berikut. Siapa itu John Maynard Keynes? John Maynard Keynes lahir pada 5 Juni 1883 di Cambridge, Inggris. Ia merupakan putra dari John Neville Keynes , seorang dosen filsafat dan ekonom