Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Investasi

Trading Saham Menggunakan Bollinger Bands

  Oleh: Cepy Suherman Untuk bisa memaksimalkan keuntungan, banyak trader menerapkan strategi-strategi jitu dalam menganalisis pergerakan saham. Selain menggunakan analisis fundamental dan analisis teknikal, mereka juga seringkali menggunakan berbagai macam indikator, salah satunya yaitu Bollinger Bands . Apa itu Indikator Bollinger Bands? Bollinger Bands (Pita Bollinger) merupakan satu dari sekian banyak trading indicator yang sangat populer dan banyak digunakan para trader. Indikator ini diciptakan pada tahun 1980-an oleh seorang analis keuangan sekaligus technician trader asal Amerika Serikat bernama John Bollinger . Bollinger Bands banyak digunakan sebagai indikator teknikal untuk mengukur volatilitas serta menentukan arah trend pergerakan harga dan potensi pembalikan trend (trend reversal) . www.inbizia.com Dikutip dari Investopedia , Bollinger Bands juga dianggap sebagai indikator yang dapat menghasilkan sinyal oversold dan overbought . Oversold merupakan kondisi di mana suat

Mengenal Lock-Up Saham dan Dampaknya Bagi Investor

Oleh: Cepy Suherman Ramai diberitakan bahwa di akhir November hingga awal Desember 2022, saham GOTO (Gojek-Tokopedia) mengalami ARB ( auto reject bawah) selama beberapa hari hingga sentuh All Time Low . Tercatat antrian jual saham ini pada 2 Desember 2022 mencapai lebih dari 260 juta lot, yang setara dengan Rp 3 triliun. Ini merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah Bursa Efek Indonesia, di mana terdapat jumlah antrian jual yang sangat besar dalam satu hari. Turunnya harga saham GOTO tidak terlepas dari akan berakhirnya periode Lock-Up Saham pada 30 November 2022, di samping kinerja keuangan GOTO yang memang masih terus merugi. Setelah “digembok” selama 8 bulan, para pemegang saham GOTO yang sudah memiliki saham sebelum IPO, kini dapat menjual sahamnya di pasar sekunder. cdn.corporatefinanceinstitute.com Dikutip dari Bisnis.com , berdasarkan prospektus perseroan terdapat setidaknya 1,1 triliun saham seri A yang bukan merupakan milik pemegang saham dengan hak suara multipel.

Strategi Window Dressing Dalam Investasi Saham

  Oleh: Cepy Suherman Bagi kamu yang masih pemula di dunia pasar modal, mungkin masih asing dengan istilah window dressing . Fenomena yang umumnya muncul di tiap akhir tahun ini, selalu ramai untuk diperbincangkan. Dan agar tidak bingung mengenai apa itu window dressing , berikut penjelasannya.   Mengenal Window Dressing Awalnya istilah window dressing merupakan sebuah ungkapan untuk menggambarkan fenomena toko-toko di Inggris menjelang akhir tahun. Setiap mendekati perayaan Natal dan Tahun Baru, para pemilik toko akan mengganti display produknya dengan barang-barang baru untuk menarik pembeli. Nah, fenomena window dressing inilah yang kemudian digunakan dalam dunia investasi. /khatabook.com Fenomena window dressing sebenarnya merupakan sebuah kondisi tidak normal (anomali), yang ditandai dengan pergerakan IHSG yang cenderung menguat jelang penutupan tahun. Fenomena ini didorong kenaikan harga saham, berbarengan dengan rekap hasil kinerja tahunan. Kenaikan harga saham di

Waran Terstruktur: Alternatif Investasi Baru

  Oleh: Cepy Suherman Pada tulisan sebelumnya, kita sudah membahas mengenai instrumen derivatif waran. Produk investasi tersebut banyak dimanfaatkan para investor maupun trader untuk menambah cuan di pasar modal. Namun selain waran, para investor kini mempunyai pilihan instrumen baru yaitu waran terstruktur.                   Apa itu Waran Terstruktur? Bagi investor pemula, waran terstruktur mungkin masih asing terdengar. Produk investasi yang dirilis pada 19 September 2022 ini memang baru pertama kali diperjualbelikan di pasar modal Indonesia. Lalu apa sebenarnya waran terstruktur itu? 3.bp.blogspot.com Waran Terstruktur (structured warrant) adalah efek yang diterbitkan oleh Perusahaan Efek Anggota Bursa, yang memberikan hak kepada pembelinya untuk menjual atau membeli suatu aset dasar pada harga dan tanggal yang telah ditentukan. Investor dapat membeli waran terstruktur dan menikmati potensi keuntungan yang optimal seperti pembelian saham. Secara prinsip, tidak ada perbed

Mengenal Instrumen Derivatif Waran

  Oleh: Cepy Suherman Apakah kamu pernah mendengar istilah Waran? Bagi investor yang sudah cukup lama berkecimpung di pasar modal, pasti sudah tidak asing lagi dengan instrumen derivatif yang satu ini. Banyak orang (terutama yang memahami betul investasi waran) memanfaatkan waran untuk menghasilkan keuntungan hingga berkali-kali lipat dibanding investasi saham. Apa Itu Waran? Waran (warrant) merupakan salah satu instrumen derivatif di pasar finansial. Ia merupakan instrumen yang memberikan hak untuk memesan, baik membeli atau menjual suatu aset yang menjadi underlying asset (misalnya saham, obligasi, dan lain-lain) yang diterbitkan oleh emiten pada waktu dan periode tertentu, dengan harga tertentu, dan dalam jumlah tertentu yang telah ditentukan. uploads-ssl.webflow.com Waran awalnya diterbitkan oleh institusi keuangan seperti bank, lembaga pemerintah, dan institusi lain yang bukan merupakan emiten saham, atau bukan perusahaan publik. Namun pada perkembangannya, banyak perusaha

Stock Split dan Reverse Stock Saham

Oleh: Cepy Suherman Dalam menjalankan usahanya, banyak perusahaan terbuka melakukan beberapa aksi korporasi (corporate action) demi kelangsungan usahanya yang dapat mempengaruhi jumlah dan harga saham. Beberapa aksi korporasi yang dilakukan perusahaan untuk mengatur jumlah saham beredar yaitu melalui stock split dan reverse stock . Dan pada tulisan ini akan dibahas mengenai seperti apa tindakan stock split dan reverse stock tersebut. i.ytimg.com Stock Split Stock split merupakan salah satu istilah yang sangat populer bagi investor pasar modal. Secara harfiah, stock split dapat diartikan sebagai "pemecahan saham". Sementar itu secara formal, sebagaimana dikutip dari laman situs Otoritas Jasa Keuangan(OJK) , stock split merupakan aksi korporasi yang dilakukan oleh perusahaan yang telah go public dengan memecah harga saham dalam rasio tertentu. Hal tersebut dapat menyebabkan jumlah saham yang ada di pasar meningkat, dan harga per lembar pun menjadi turun atau menjadi