Oleh: Cepy Suherman
Mengutip pemberitaan dari CNBC Indonesia
pada 30 Juni 2025, diberitakan bahwa Bursa Efek Indonesia (BEI) berencana untuk
memberlakukan kembali short selling
paling cepat 26 September 2025. Keputusan ini diambil setelah ada surat dari
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tertanggal 27 Maret 2025, yang memberikan waktu
enam bulan kepada BEI untuk mempersiapkan pengaktifan kembali fasilitas short selling.
www.javafx.news
Namun, perlu diingat bahwa implementasi ini
sangat bergantung pada kondisi dan stabilitas pasar agar tidak menimbulkan
risiko sistemik. Saat ini BEI sedang menyiapkan daftar efek yang memenuhi
syarat untuk ditransaksikan secara short
sell, serta sistem teknis dan regulasinya. Kebijakan ini diharapkan dapat
meningkatkan likuiditas pasar secara keseluruhan.
Kebijakan pemberlakuan short selling tentu memberikan peluang bagi
investor untuk mendapatkan keuntungan. Namun demikian, short selling juga menyimpan risiko yang tinggi. Nah, pada tulisan
kali ini akan dibahas mengenai apa itu short
selling, dan bagaimana kita bisa memperoleh keuntungan dari strategi
tersebut.
Apa
itu Short Selling?
Dalam perdagangan saham, sebagian besar
investor berinvestasi dengan harapan harga saham akan naik (posisi long). Namun ada juga sebagian investor
yang memetik keuntungan lewat penurunan harga saham, yaitu melalui teknik short selling.
Secara sederhana, short selling adalah
praktik menjual aset (biasanya saham) yang tidak dimiliki oleh penjual, dengan
harapan dapat membelinya kembali di kemudian hari pada harga yang lebih rendah.
Selisih harga jual dan harga beli kembali inilah yang menjadi keuntungan bagi short seller. Konsep ini mungkin
terdengar ‘aneh’ bagi sebagian orang, tetapi esensinya adalah meminjam aset,
menjualnya, lalu mengembalikannya setelah aset yang sama dibeli kembali dengan
harga yang lebih murah.
www.investopedia.com
Untuk lebih jelas, berikut ilustrasi mekanisme
short selling.
Misalkan kamu adalah investor yang percaya
bahwa harga saham PT ABC yang saat ini diperdagangkan pada harga Rp2.000,00 per
lembar akan segera turun. Untuk melakukan short
selling, kamu akan melakukan langkah-langkah berikut:
1. Meminjam Saham. Kamu akan meminjam saham
dari brokermu atau investor lain yang memiliki saham tersebut. Untuk pinjaman
ini, kamu mungkin perlu membayar biaya pinjaman (sering disebut borrow fee) dan menyediakan jaminan (collateral) dalam bentuk uang tunai
atau aset lain kepada broker. Jaminan ini berfungsi untuk melindungi pemberi
pinjaman jika kamu gagal mengembalikan saham.
2. Menjual Saham Pinjaman. Setelah berhasil
meminjam, segera kamu jual, katakanlah, 100 lembar saham PT ABC di pasar
terbuka pada harga Rp2.000,00 per lembar. Dari penjualan ini, kamu akan
menerima Rp200.000,00. Dana ini akan tetap berada di akunmu, namun umumnya
tidak bisa ditarik sampai posisi short
ditutup.
3. Membeli Kembali Saham (Covering
the Short). Sesuai perkiraanmu, harga saham PT
ABC turun menjadi Rp1.600,00 per lembar beberapa hari kemudian. Kamu kemudian
memutuskan untuk menutup posisi short-mu
dengan membeli kembali 100 lembar saham PT ABC di pasar pada harga Rp1.600,00.
Untuk pembelian ini, kamu mengeluarkan Rp160.000,00.
4. Mengembalikan Saham dan Menghitung Keuntungan. Setelah membeli kembali saham, kamu mengembalikan 100 lembar saham
tersebut kepada broker (pihak yang meminjamkan saham). Keuntungan yang kamu
peroleh adalah selisih antara harga jual awal dan harga beli kembali, yaitu
sebesar Rp200.000,00 – Rp160.000,00 = Rp40.000,00. Namun perlu dicatat bahwa
dari keuntungan ini, kamu masih perlu mengurangi biaya pinjam saham dan komisi
transaksi kepada broker.
Motivasi dan Risiko di Balik Short Selling
Mengapa seorang investor melakukan short selling? Ada beberapa
alasan utama:
1. Spekulasi Penurunan Harga. Ini adalah
motif paling umum. Investor percaya bahwa harga suatu aset akan turun karena
fundamental perusahaan yang memburuk, perubahan tren industri, berita negatif,
atau valuasi yang terlalu tinggi.
2. Arbitrase. Short selling dapat digunakan sebagai bagian dari strategi
arbitrase, di mana investor mencoba memanfaatkan perbedaan harga antara dua
pasar atau dua aset yang terkait.
3. Lindung Nilai (Hedging). Investor yang memiliki portofolio saham tertentu mungkin ingin
melindungi nilai portofolio mereka dari potensi penurunan pasar. Dengan
melakukan short selling pada indeks
pasar atau saham individual yang rentan, mereka dapat mengimbangi kerugian di
portofolio long mereka jika pasar
turun.
Sementara itu, meski short
selling menawarkan potensi keuntungan yang menarik, ia juga sangat berisiko
dan tidak direkomendasikan untuk investor pemula. Beberapa risiko utama
meliputi:
1. Potensi Kerugian Tak Terbatas. Ini
adalah risiko paling menakutkan dalam short
selling. Saat kamu membeli saham (posisi long), kerugian maksimal kamu terbatas pada jumlah yang kamu
investasikan (harga saham bisa turun hingga nol). Namun, saat kamu melakukan short selling, harga saham secara
teoritis dapat naik tanpa batas. Jika harga saham terus naik, kerugianmu juga
akan terus bertambah. Dalam kasus ekstrim, hal ini dapat menyebabkan margin call (permintaan dari broker
untuk menambah jaminan) atau bahkan bangkrut.
2. Short Squeeze. Ini terjadi ketika harga saham yang
di-short secara masif tiba-tiba melonjak naik, memaksa banyak short
seller untuk membeli kembali saham mereka (untuk menutup posisi dan
membatasi kerugian). Pembelian massal ini semakin mendorong harga naik,
menciptakan spiral yang merugikan short seller dan bisa menyebabkan
kerugian besar. Short squeeze sering dipicu oleh berita positif tak
terduga, rumor akuisisi, atau bahkan upaya kolektif investor ritel untuk
melawan short seller.
3. Biaya Pinjaman dan Dividen. Short
seller harus membayar biaya pinjaman saham (yang
dapat berfluktuasi tergantung pada ketersediaan saham) dan juga bertanggung
jawab untuk membayar dividen apa pun yang dibayarkan oleh perusahaan selama
periode pinjaman. Biaya-biaya ini dapat mengikis keuntungan atau memperburuk
kerugian.
4. Keterbatasan Ketersediaan Saham. Tidak
semua saham mudah dipinjam untuk short selling. Saham dengan pasokan
terbatas atau yang sedang dalam permintaan tinggi untuk dipinjam mungkin
memiliki biaya pinjaman yang sangat tinggi atau bahkan tidak tersedia sama
sekali.
5. Timing yang Sulit. Memprediksi puncak
harga saham jauh lebih sulit daripada memprediksi dasar. Saham dapat tetap overvalued
untuk waktu yang lama sebelum akhirnya turun, dan short seller dapat
mengalami kerugian besar selama periode tersebut.
Perdebatan
Seputar Short Selling
Short
selling telah lama menjadi bahan perdebatan di
antara para investor, ekonom, dan regulator. Ada pihak yang mendukung, dan ada
juga pihak yang menentang. Semua memiliki argumennya masing-masing. Argumen
yang mendukung short selling antara
karena kebijakan ini dianggap mampu meningkatkan likuiditas dan efisiensi
pasar, menyediakan sarana lindung nilai, dan pada banyak kasus mampu
mengungkapkan praktik bisnis yang tidak etis, termasuk penipuan dan kecurangan.
Sementara itu argumen yang menentang short selling menyatakan bahwa kebijakan
ini dapat menciptakan manipulasi pasar, memperparah penurunan harga saham,
memicu kepanikan, serta secara moral dianggap tidak etis (mendapatkan
keuntungan dari kerugian orang lain) meskipun padangan ini sering kali
subjektif.
Mengingat akan manfaat dan kontroversi yang menyertainya, short selling kemudian diatur secara
ketat. Di Indonesia, aktivitas short
selling diawasi secara ketat oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa
Efek Indonesia (BEI). Hanya saham-saham tertentu yang masuk dalam daftar efek
yang diperbolehkan untuk ditransaksikan secara short selling. Ketentuan yang berlaku antara lain:
· Saham dalam Daftar Efek Short
Selling (DES).
· Harus dilakukan oleh anggota
bursa yang memiliki izin margin.
· Transparansi: Transaksi short selling harus dilaporkan dan
dicatat dengan jelas.
· Pemberhentian Sementara: Dalam
kondisi pasar yang sangat volatil, BEI bisa menghentikan sementara aktivitas short selling.
assets.pikiran-rakyat.com
Di Indonesia, meskipun sempat
ditangguhkan, praktik short selling
akan kembali diaktifkan pada September 2025 untuk meningkatkan efisiensi pasar.
Dengan edukasi dan pengawasan yang baik, short
selling dapat menjadi alat investasi yang sah dan bermanfaat bagi para
investor.
Komentar
Posting Komentar