Oleh: Cepy Suherman
Setiap instrumen investasi pasti memiliki risiko serta potensi keuntungannya masing-masing. Biasanya risiko dari suatu instrumen investasi sepadan dengan potensi keuntungan yang bisa diperoleh. Dalam hal ini instrumen saham memiliki karakteristik “high risk, high return”. Apa saja keuntungan dan risiko berinvestasi saham?
ieglobal.vistra.com |
Keuntungan dan Risiko Berinvestasi Saham
Keuntungan yang bisa kamu peroleh dengan berinvestasi pada saham
yaitu memperoleh dividen dan capital gain. Dividen adalah pembagian laba perusahaan
yang dibagikan kepada pemegang saham. Besarnya jumlah dividen yang diterima berbeda-beda
tiap investor, tergantung banyaknya saham yang dimiliki. Dividen sendiri berasal
dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan.
Sementara itu capital gain adalah adalah keuntungan yang
diperoleh dari naiknya harga saham. Dengan kata lain, capital gain
diperoleh ketika investor bisa menjual sahamnya pada harga lebih tinggi
dibanding harga pembeliannya. Capital gain ini umumnya terbentuk dari
aktivitas jual-beli saham di bursa efek.
Selain keuntungan-keuntungan tersebut, saham juga memiliki potensi
risiko sendiri. Yang pertama yaitu risiko tidak mendapat dividen. Hal ini bisa
terjadi jika kamu berinvestasi pada saham-saham yang perusahaannya tidak
menghasilkan keuntungan. Atau bisa saja perusahaan memperoleh keuntungan, namun
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) menyatakan bahwa mayoritas pemegang saham
tidak setuju membagikan dividen dengan pertimbangan tertentu.
cdn.educba.com |
Risiko kedua yaitu capital loss. Capital loss
merupakan kebalikan dari capital gain. Capital loss terjadi
ketika investor menjual sahamnya lebih rendah dari harga belinya.
Risiko ketiga yaitu saham mengalami suspend (pemberhentian
sementara). Hal ini biasanya terjadi karena harga saham mengalami lonjakan atau
penurunan harga yang luar biasa dalam waktu singkat. Dan yang terakhir adalah
risiko perusahaan bangkrut dan dilikuidasi. Jika perusahaan dilikuidasi maka
hak klaim pemegang saham atas aset perusahaan berada pada prioritas terakhir
setelah seluruh kewajiban perusahaan dipenuhi.
th.bing.com |
Bagaimana Meminimalisir Risiko Berinvestasi Saham?
Saham sering dianggap sebagai “kelas aset berisiko tinggi”. Hal
inilah yang mengakibatkan saham banyak dihindari oleh para investor pemula. Berinvestasi
pada saham memang berisiko, namun bukan berarti kita tidak bisa meminimalisir
risiko tersebut. Ada beberapa cara yang bisa kamu lakukan untuk meminimalisir
risiko kerugian dalam berinvestasi saham.
1.
Diversifikasi
“Don’t
put all your eggs in one basket”. Kalimat tersebut sering terdengar
saat kita bicara tentang investasi saham. Maksud dari kalimat tersebut adalah
bahwa kita sebaiknya tidak menempatkan seluruh dana hanya pada satu saham (satu
instrumen investasi) saja. Karena jika harga saham tersebut jatuh, maka kita
bisa kehilangan seluruh dana yang tertanam pada saham tersebut.
Strategi investasi dengan menempatkan dana di berbagai saham dikenal
juga dengan istilah Diversifikasi. Tujuan utamanya yaitu untuk meminimalisir
risiko. Dengan melakukan diversifikasi ke beberapa saham, maka saat kinerja
suatu saham sedang buruk, kerugian tersebut akan di-cover oleh
keuntungan pada saham yang lain.
www.talk-business.co.uk |
Diversifikasi dapat dilakukan dengan cara membeli saham pada tiap
sektor yang berbeda. Di sini investor dituntut untuk memperhatikan
sektor-sektor mana saja yang diperkirakan akan memiliki potensi yang bagus di
masa datang. Misalnya seorang investor menempatkan dananya 40% di saham
perbankan, 30% di saham consumer goods, 20% di saham properti, dan 10%
di saham pertambangan. Dan agar konsentrasi bisa lebih fokus, batasilah
investasi hanya pada 10–15 saham saja
Selain menempatkan dana berdasarkan sektor, investor pun dapat
melakukan diversifikasi berdasarkan kelas sahamnya (saham lapis satu, lapis
dua, dan lapis tiga). Bagi investor yang memiliki profil risiko konservatif
atau moderat, biasanya lebih banyak mengalokasikan dananya pada saham-saham
lapis satu (blue chips) atau lapis dua. Sementara itu investor yang
bertipikal agresif, lebih banyak mengalokasikan dana pada saham-saham lapis
tiga.
school.stockcharts.com |
Untuk meminimalisir risiko, sebaiknya hindarilah saham-saham lapis
tiga (small caps), karena saham-saham ini umumnya memiliki volatilitas
harga yang tinggi. Saham lapis tiga ini sering menjadi incaran para spekulan
karena bisa dipermainkan sehingga harganya melonjak.
2.
Alokasi Aset
Alokasi aset erat kaitannya dengan diversifikasi. Dalam alokasi
aset, investor berusaha untuk membagi investasi ke dalam beberapa instrumen
yang berbeda atau instrumen yang sama dengan kategori yang berbeda. Tujuannya
yaitu untuk menyeimbangkan risiko dan imbal hasil. Dengan melakukan alokasi
aset, harapannya kerugian di satu instrumen investasi dapat ditutup oleh
keuntungan di instrumen investasi yang lain.
Pada dasarnya setiap instrumen investasi memiliki profil risiko
dan imbal hasil yang berbeda-beda. Beberapa jenis kelas aset (asset class)
yang dapat dipilih antara lain saham, obligasi, reksadana, uang tunai, dan
sebagainya. Bagi investor yang memiliki profil risiko konservatif, mereka
umumnya akan menempatkan sebagian besarnya dana di instrumen investasi berisiko
rendah seperti obligasi atau reksadana pendapatan tetap.
i.investopedia.com |
Sebaliknya, investor agresif yang menargetkan pertumbuhan aset
dalam jangka panjang dan berani mengambil risiko lebih tinggi, biasanya akan
menempatkan sebagian besar dananya pada instrumen saham atau reksadana saham. Jadi
penentuan komposisi aset ini bisa berbeda bagi setiap investor. Komposisi yang
paling pas akan sangat tergantung pada horizon waktu berinvestasi serta
toleransi terhadap risiko.
3.
Dollar-Cost Averaging
Volatilitas harga adalah suatu yang lumrah terjadi di bursa saham.
Namun volatilitas yang tinggi juga perlu diwaspadai setiap investor. Saham
dengan volatilitas tinggi, harganya bisa naik dengan cepat atau turun dengan
cepat pula. Fluktuasi harganya bisa sampai dengan beberapa puluh persen dalam
satu hari.
Saham dengan volatilitas tinggi menawarkan potensi keuntungan yang
besar dan cepat. Namun di balik itu terdapat ketidakpastian dan risiko yang
tinggi pula. Bagi investor jangka pendek, volatilitas kerap menimbulkan
keresahan. Dan untuk mengurangi risiko, salah satu strategi investasi yang
diambil adalah melakukan dollar-cost averaging.
i.ytimg.com |
Dollar-cost averaging adalah strategi investasi dengan membeli
saham secara rutin (misalnya setiap bulan) dalam jumlah yang hampir sama tanpa
memperdulikan harga saham saat itu. Atau secara sederhana strategi investasi
ini mirip dengan menabung. Tujuannya yaitu untuk mengurangi risiko yang muncul
jika kita berinvestasi secara lump sum. Dengan cara ini investor bisa
terhindar dari kerugian besar saat pasar sedang turun.
Sebenarnya bagi kamu yang baru belajar investasi saham, cara ini
sangat cocok untuk dilakukan. Dollar-cost averaging menawarkan risiko
lebih kecil dibanding jika kamu melakukan investasi sekaligus di awal (lump
sum). Dana yang dibutuhkan pun tidak harus langsung besar, melainkan
“dicicil” setiap periode.
www.delayedearner.com |
Meski demikian, bukan berarti strategi dollar-cost averaging tidak memiliki kekurangan. Saat pasar sedang bullish dan berhasil mencapai nilai tertinggi, return yang diperoleh dari metode dollar-cost averaging akan lebih kecil dibanding metode lump sum. Namun sebaliknya saat pasar dalam kondisi bearish, strategi justru bisa lebih baik daripada metode lump sum.
Komentar
Posting Komentar